,


           SUKOHARJO (KRjogja.com) - Pengelolaan aset SMA/SMK di Sukoharjo sudah diserahkan ke pihak Provinsi Jawa Tengah per 1 Oktober tahun 2016. Sedangkan untuk keuangan baru akan dijalankan mulai Januari tahun 2017 mendatang.

           Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Sukoharjo Darno, Minggu (2/10/2016) mengatakan, secara de jure pengelolaan SMA/SMK di Sukoharjo per 1 Oktober sudah menjadi kewenangan Provinsi Jawa Tengah. Pengelolaan tersebut seperti dari sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, aset dan lainnya sekarang sudah diserahkan ke provinsi.

           Sekolah tingkat SMA/SMK per 3 Oktober saat aktifitas belajar mengajar mulai dilaksanakan pada awal bulan sudah dikelola provinsi. Sedangkan secara de facto pengelolaan kewenangan SMA/SMK di Sukoharjo baru akan ditangani provinsi mulai 1 Januari 2017. Hal itu lebih lama dibanding pengambilalihan kewenangan pengelolaan untuk SDM, sarana dan prasarana, aset dan lainnya.

          “Secara de jure semua sudah dikelola provinsi. Cuma soal keuangan baru diserahkan pada Januari karena tahun anggaran sekarang sudah berjalan dan menunggu tahun anggaran baru 2017,” ujar Darno.

           Disdik Sukoharjo menaati aturan seperti yang ditentukan oleh pemerintah pusat. Darno menambahkan, posisi sekarang memang masih ada persoalan di Mahkamah Konstitusi (MK) terkait gugatan pengambilalihan kewenangan pengelolaan dari daerah ke provinsi masih berjalan.

           “Masalah peninjauan di MK itu tetap jalan. Sedangkan proses pengambilalihan kewenangan juga jalan. Perkara nanti bagaimana hasil proses hukumnya di MK mungkin bisa menyusul,” lanjutnya. (Mam)

    Sumber : http://www.krjogja.com/web/news/read/11358/Akhirnya_SMA_dan_SMK_di_Sukoharjo_Resmi_Dikelola_Provinsi


           SUKOHARJO, suaramerdeka.com – Sejumlah jembatan yang berdiri di atas aliran Sungai Bengawan Solo, di Kabupaten Sukoharjo, perlu dipantau lebih ketat. Pasalnya debit air dalam beberapa hari ini, cenderung tinggi.

           Seorang warga di Desa Telukan, Kecamatan Grogol, Arfian (30) berharap dinas terkait secara intens memantau kontruksi jembatan Bacem. Pasalnya dalam hujan beberapa hari ini, arus sungai cukup deras. Bahkan debit sungai terpanjang di Pulau Jawa itu, membawa sampah-sampah yang membahayakan bagi rangka jembatan. Seperti pohon bambu berserta akar-akaranya terbawa air dan yang menyangkut di rangka jembatan. “Harus ada pengecekan rutin,” katanya, Minggu (2/10).

           Warga di Desa Gupit, Kecamatan Nguter, Anwar Sodik (40), juga meminta ada pengawasan terhadap jembatan Nguter. Yakni jembatan yang mengubungkan Kota Makmur dengan Kabupaten Wonogiri. Apalagi tidak jauh dari jembatan, pernah terjadi longsor, sehingga dikhawatirkan membuat pondasi terdampak.“Terutama jika hujan deras. Bahkan debit air Bengawan Solo masih terus meninggi. Penagwasan rutin jembatan, bisa diperbanyak. Ya agar pengendara dan warga tenang,” ungkap dia.

        Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo, Suprapto menerangkan, jika jembatan yang berada di Kota Makmur, dipantau. Dalam inventarisasi, diantaranya jembatan Bacem di Kecamatan Grogol, jembatan Gupit dan Brangkal di Kecamatan Nguter, serta jembatan Mojo di Kecamatan Mojolaban.“Terutama jembatan penghubung antar kabupaten. Kami sudah meminta dinas terkait, lebih waspada saat hujan seperti ini. Kami meminta dicek dan dicek terus,” terang dia.

          Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sukoharjo, Jumadi menjelaskan, pihaknya terus mengamati perkembangan cuaca. Termasuk di dalamnya, memantau jembatan-jembatan yang berada di Kota Makmur. Khusus untuk jembatan yang menjadi penghubung kabupaten, pihaknya berkoordinasi dengan Bina Marga Jateng Wilayah Surakarta.“Pastinya, kami melakukan pemantauan di lapangan. Hal itu dilakukan, agar memastikan kondisi jembatan prima, meski terus diguyur hujan,” akunya.

    (Asep Abdullah/CN40/SM Network)
    Sumber : http://berita.suaramerdeka.com/dipantau-sejumlah-jembatan-di-das-bengawan-solo/


           Sukoharjo -- Hujan deras yang terjadi di Kota Solo dan sekitarnya sejak Minggu (2/10) siang, membuat sejumlah wilayah tergenang air. Selain itu juga beberapa pohon tumbang menghalang jalan. Di beberapa tempat jalan harus ditutup dan dialihkan akibat genangan yang meninggi, hingga pukul 19.00 WIB, belum ada tanda-tanda hujan akan reda.

           Di Kabupaten Sukoharjo bahkan hujan deras menyebabkan korban meninggal dunia. Kondisi jalan yang licin membuat mobil Toyota Kijang bernomor polisi N 1135 XF mengalami kecelakaan di Jalan Solo-Wonogiri, Desa Telukan, Kecamatan Grogol. Mobil yang dikemudikan Didik Murtopo (39), warga Desa Sidorejo, Kecamatan Bendosari tersebut menabrak tiang baliho hingga ringsek saat berjalan dari arah Kota Solo.

            Seorang penumpang bernama Agus Budianto (44), warga Perum Bumi Manunggal Permai, Kelurahan Combongan, meninggal dunia di lokasi kejadian, sedangkan pengemudi mobil masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Nirmala Suri, Sukoharjo.

           "Peristiwanya terjadi tadi sore sekitar pukul 15.30 WIB. Hujan deras mengakibatkan jalan licin. Sopir kijang tidak bisa mengendalikan laju kendaraannya dan menabrak tiang baliho di selatan Gudang Bulog," ujar Kasat Lantas Polres Sukoharjo, AKP Finan Sukma Radipta.

          Finan menjelaskan, korban meninggal dunia di lokasi kecelakaan dengan luka cukup serius di kepala. Sedangkan pengemudi Kijang mengalami luka berat dan masih dirawat.

           "Kijang rusak parah di bagian depan hingga ringsek. Korban sudah dibawa ke rumah sakit Nirmala Suri. Kami masih melakukan penyelidikan, namun dugaan sementara karena hujan dan jalan licin," pungkasnya.

    Sumber : https://www.merdeka.com/peristiwa/kijang-tabrak-tiang-baliho-1-penumpang-tewas-dan-sopir-luka-parah.html

    ,


           SUKOHARJO – Aliran air dari Dam Colo ke Colo Barat dan Timur resmi ditutup mulai 1-31 Oktober mendatang. Jika tahun-tahun sebelumnya penutupan ini dirasakan sangat berdampak pada pertanian, untuk tahun ini diprediksi dampaknya tidak besar. Sebab, sementara ini masih sering terjadi hujan sehingga kebutuhan air di sawah masih terpenuhi.

           Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Dam Colo Timur Jigong Sarjanto mengatakan, penutupan pintu Dam Colo Timur sudah menjadi agenda rutin. Dia mengatakan, beberapa waktu lalu ada pertemuan tim koordinasi pengelolaan sumber daya air Bengawan Solo (TKPSDABS) tentang penutupan itu. ”Penutupan tahun ini tidak akan berdampak besar untuk petani, berbeda dengan tahun lalu. Sebab, tahun ini terjadi kemarau basah, sementara tahun lalu kemarau terjadi seperti biasa,” ujar Jigong.

         Dikatakan, air untuk pertanian di wilayah Sukoharjo sementara ini masih mecukupi. Terlebih, di Sukoharjo banyak sumber alternatif, seperti dari sungai dan sumur patek. ”Kalau Sukoharjo biasanya tidak begitu terpengaruh dengan penutupan. Khusus di Colo Timur, terdapat 25.056 hektare di enam kabupaten yang dialiri,” ujarnya.

           Berdasarkan pantauan di lokasi, sejumlah warga memanfaatkan penutupan dam itu dengan mencari ikan. Mereka membawa jaring dan peralatan lain untuk menangkap ikan. Adapun air yang berasal dari waduk dialirkan ke Bengawan Solo. Di penampungan Bendung Colo, begitu air menyusut nampak ketebalan sedimen yang ada di sana.

    Cuaca

         Kepala Seksi Pemeliharaan dan Operasional BBWSBS Solo Antonius Suryono saat dihubungi mengatakan, penutupam aliran Dam Colo seperti biasanya dimanfaatkan untuk perbaikan saluran irigasi yang rusak. Hanya karena cuaca yang tidak menentu dimungkinkan perbaikan tidak bisa maksimal. ”Secara teknis temanteman di lapangan yang bisa menjawab untuk perbaikan saat cuaca tidak menentu ini. Tetapi kalau memang terjadi hujan tidak mungkin bisa maksimal,” jelas Antonius. Hanya untuk perbaikan-perbaikan yang sifatnya ringan, nanti bisa disiasati dengan penggunaan pompa. (H46-85)

    Sumber : http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/aliran-dam-colo-resmi-ditutup/


           SUKOHARJO - Seseorang yang pernah memiliki catatan kriminal atau pernah menjadi narapidana diperbolehkan mendaftar sebagai calon kepala desa saat pemilihan kepala desa (Pilkades) di Kabupaten Sukoharjo.

             Hal tersebut dipaparkan oleh Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Sunoto jelang Pilkades di daerah setempat tanggal 8 Desember nanti.

            Sunoto menjelaskan aturan tersebut terdapat dalam Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 22 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanan Peratuan Daerah (Perda) nomor 10 Tahun 2015 tentang Kepala Desa sebagaimana telah diubah dengan Perda Nomor 8 Tahun 2016 tentang perubahan atas Perda Nomor 10 Tahun 2015 tentang Kepala Desa.

           "Aturan yang membolehkan seorang mantan narapidana maju menjadi calon dalam Pilkades diatur dalam Pasal 12 ayat 12 huruf (h). Disana sudah jelas dan diperbolehkan," ujarnya, Minggu (2/10/2016).

            Meski demikian, Sunoto menambahkan dalam pasal tersebut calon kepala daerah harus mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana.

         Proses tersebut wajib dilaksanakan oleh calon bersangkutan supaya masyarakat di desa tempat diselenggarakannya Pikades wajib mengetahui status calon.

         "Pada saat melakukan pengumuman ke publik. Calon kepala desa yang pernah dipidana juga wajib menunjukan surat keterangan dari Ketua Pengadilan bahwa pindana penjara yang dijalani sudah selesai. Jika tidak melakukan pengumuman maka dianggap menyalahi aturan dan bisa didiskualifikasi," sambungnya.

           Dia juga meminta semua elemen Pilkades melakukan sosialisasi terkait adanya pemilihan kepala desa dan sejumlah aturan baru. Pada tanggal 8 Desember mendatang, Sunoto menjelaskan ada 14 desa di sembilan kecamatan Sukoharjo yang akan melaksanakan Pilkades.

            "Masyarakat, calon kepala desa dan semua pihak wajib menjaga kondusifitas bersama jangan sampai pelaksanaan Pilkades rusuh dan tetap harus aman," tandasnya. (*)

    • Penulis: suharno
    • Editor: iswidodo
    • Sumber: Tribun Jateng

    Sumber : http://jateng.tribunnews.com/2016/10/02/mantan-narapidana-ternyata-boleh-menjadi-calon-kepala-desa

    MEMERIKSA BARANG: Petugas memeriksa barang dagangan di salah satu kios di Pasar Bekonang, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.(suaramerdeka.com/Asep Abdullah)

          SUKOHARJO – Sejumlah pasar di Kabupaten Sukoharjo disisir petugas gabungan. Dalam penyirisan itu, petugas menemukan makanan mengandung zat berbahaya rhodamin B atau pewarna sintetis.

           Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sukoharjo, Sutarmo, bahwa penyisiran dilakukan untuk menekan peredaran makanan berbahaya yang mengandung pewarna sintetis. Alhasil, petugas Disperindag, Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Pertanian (Dispertan) dan Polres itu, menemukan makanan berbahaya bagi kesehatan. Seperti kerupuk. “Makanan itu mengandung rhodamin. Kami temukan di dalam Pasar Bekonang, Kecamatan Mojolaban,” kata dia, Minggu (2/10).

           Sutarmo menjelaskan, penemuan makanan mengandung zat berbahaya itu, tidak hanya di satu kios sembako. Namun ada di sejumlah kios. Selanjutnya, petugas menyita temuan tersebut untuk diteliti di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Bahkan sejumlah pedagang juga didata, agar tidak sembarangan menerima barang dari distributor.“Pedagang juga tidak bisa membedakan, mana yang mengandung rhodamin B, mana yang tidak. Kami sosialisasi, agar pedagang lebih selektif,” jelasnya.

           Lebih lanjut dia mengaku, petugas tidak hanya menemukan makanan mengandung zat berbahaya, namun mendapati sejumlah label paslu dan tanpa izin sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (P-IRT). Diantaranya, terlihat pada produk teh celup dan usus krispi. Selain pemeriksaan di Pasar Bekonang, petugas juga menyisir pasar lain secara bertahap. Mulai dari Pasar Ir Soekarno, Grogol hingga Kartasura.“Penyisiran terus dilakukan. Ini sebagai bentuk perlindungan bagi konsumen,” aku dia.

    (Asep Abdullah/CN40/SM Network)
    Sumber : http://berita.suaramerdeka.com/temukan-rhodamin-petugas-gabungan-sisir-sejumlah-pasar/

    ,

    DI TANAMI KEDELAI: Tanaman kedelai milik petani di Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo.(suaramerdeka.com/Asep Abdullah)
           SUKOHARJO – Dinas Pertanian (Dispertan) Sukoharjo mengklaim, hasil penen kedelai di Kecamatan Weru mencapai 2,4 ton lebih. Meskipun tahun ini, petani harus berhadapan dengan kemarau basah.

          Kepala Dispertan Sukoharjo, Netty Harjanti mengungkapkan, hampir mayoritas petani sudah melakukan panen di wilayah yang menjadi pusat pembibitan kedelai saat kemarau. Yakni di Kecamatan Weru. Dia mencatat, ada sebanyak 2,4 ton lebih kedelai kering yang dihasilkan petani. Meskipun petani harus berhadapan dengan kemarau basah.“Petani cerdik dalam menyikapi musim. Buktinya menghasilkan 2,4 ton. Petani panen sejak Agustus-September,” ungkapnya, Minggu (2/10).

          Lebih jelas Netty melanjutkan, di Kecamatan Weru ada seluas 900 hektare petani yang menanam kedelai. Hanya saja, untuk tahun ini, tidak semuanya menanam tanaman tersebut. Pasalnya kemarau yang terjadi pada April-September, ternyata lebih banyak terjadi hujan. Sehingga petani ada yang tetap menanam padi.”Hasilnya masih stabil dibandingkan dengan tahun lalu. Karena bisa mencapai angka 2,4 ton. Padahal kan saat akan panen, hujan terus mengguyur pada bulan kemarin,” tutur dia.

           Dia menambahkan, hanya saja petani kedelai kesulitan dalam memanen. Pasalnya pengeringan hasil tanaman kedelai, harus dilakukan dua kali. Mengingat volume air yang dihasilkan, cukup melimpah saat menjelang panen. Apalagi intensitas hujan cukup tinggi pada beberapa minggu kemarin. Dia juga mengklaim harga kedelai mencapai Rp 7.000,-/ kg.“Cuma pengeringan yang harus ekstra. Ini yang jadi kendala saat kemarau basah. Karena sempat terganggu hujan terus menerus,” paparnya.

    (Asep Abdullah/CN40/SM Network)


Top